Pertanian dan Kitab Suci

Penulis: Ezra Agus Kristianto

Pertanian dan Alkitab 

Hubungan pertanian dan Alkitab adalah topik yang menarik dan luas. Pertanian adalah salah satu pekerjaan tertua yang dilakukan manusia sejak zaman Adam dan Hawa di taman Eden. Alkitab banyak berbicara tentang pertanian, baik secara harfiah maupun kiasan. Beberapa hal yang dapat kita pelajari dari hubungan pertanian dan Alkitab adalah:

Pertanian merupakan anugerah dan tanggung jawab dari Allah. 

Allah memberikan manusia kuasa atas bumi dan segala isinya, termasuk tanaman dan binatang. Allah juga memerintahkan manusia untuk mengusahakan dan memelihara bumi (Kej 1:28-30; 2:15). Pertanian adalah salah satu cara manusia memenuhi perintah ini dengan menghasilkan makanan dan sumber daya lainnya dari tanah. 
Namun, pertanian juga menuntut manusia untuk bekerja keras, bijaksana, dan bertanggung jawab atas lingkungan hidup. Manusia harus menghormati dan menjaga keseimbangan ekosistem, tidak merusak atau mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, dan membagikan hasil pertanian dengan adil kepada sesama (Im 25:1-7; Ul 22:6-7; Ams 12:11; Mat 25:14-30).


Pertanian menggambarkan kerajaan Allah. 

Yesus mengajarkan tentang kerajaan Allah menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang berkaitan dengan pertanian. Misalnya, perumpamaan tentang penabur benih (Mat 13:1-23), gandum dan lalang (Mat 13:24-30), biji sesawi (Mat 13:31-32), ragi (Mat 13:33), harta terpendam di ladang (Mat 13:44), mutiara yang berharga (Mat 13:45-46), jala (Mat 13:47-50), dll. Dari perumpamaan-perumpamaan ini, kita dapat belajar bahwa kerajaan Allah merupakan sesuatu yang penting dan memiliki nilai kekal, tumbuh secara perlahan tapi pasti, melibatkan pilihan dan tanggung jawab manusia, dan mencakup segala bangsa dan suku.

Pertanian Sarana Menyembah Allah

Alkitab mengajarkan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan harus dilakukan untuk kemuliaan Allah (1Kor 10:31). Pertanian bukan hanya pekerjaan duniawi, tetapi juga sarana untuk menyembah Allah dengan cara yang kreatif, bersyukur, dan berbagi. Pertanian juga dapat menjadi cara untuk mengenal Allah lebih dekat, karena melalui penciptaan-Nya kita dapat melihat kebesaran, kebijaksanaan, dan kasih-Nya (Mzm 19:1-6; Rom 1:20). Pertanian juga dapat menjadi kesempatan untuk bersaksi tentang iman kita kepada orang lain, dengan menunjukkan sikap yang jujur, adil, murah hati, dan peduli terhadap lingkungan hidup.

Pertanian sangat dekat kehidupan manusia dimana terdapat kelompok masyarakat pasti ada sistem pertanian yang berjalan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah senantiasa dekat dengan manusia, Ia hadir melalui karya-Nya. Jadi Allah menciptakan manusia dan tidak pernah meninggalkannya justru Allah senantiasa hadir bersamaan dengan karya-Nya. Mari kita meenghormati lingkungan pertanian disekitar kita karena itu sama dengan kita menghormati Allah. 





Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url